SMA 3 Semarang

Kamis, 24 Mei 2018

Makna Simbolik "Tumpeng"

TUMPENG


Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut , karena itu disebut pula “nasi tumpeng'”. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini dalam khas Jawa atau masyarakat keturunan Jawa biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah tradisional) dan dialasi daun pisanng.
 Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam arwah leluhur (nenek moyang) dan dewa-dewa. Nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa sukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya.
         Dalam kenduri, sukuran, atau selametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, kebersamaan dan kerukunan paling dimuliakan, atau yang paling dituakan diantara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut.

Makna Simbolis dari Mitos Nasi Tumpeng

Nasi berbentuk gunungan atau kerucut itu sarat akan makna, lebih-lebih makna spiritual. Gunung dalam banyak tradisi dan kepercayaan, termasuk Jawa, sering diidentikkan sebagai tempat yang maha tinggi, tempat penguasa alam bertahta, dan tempat kemuliaan Allah. Asal-muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu dalam Epos (cerita) Mahabarata.         
 Meski kini mayoritas orang Jawa adalah muslim atau islam, namun masih banyak tradisi masyarakat yang berpijak pada akar-akar agama Hindu, sebab Hindu lebih dulu masuk ke wilayah Jawa, baru agama-agama lain kemudian.
                                       Dalam refleksi selanjutnya, bagi orang Jawa, gunung merupakan tempat yang sakral karena diyakini memiliki kaitan yang erat dengan langit dan surga. Bentuk tumpeng yang seperti gunung dalam tradisi Jawa memiliki makna mau menempatkan Allah pada posisi puncak, tertinggi, yang menguasai alam dan manusia. Bentuk ini juga mau menggambarkan bahwa Allah itu awal dan akhir, orang Jawa biasa menyebut-Nya dengan Sang Sangkan Paraning Dumadi artinya bahwa Allah adalah asal segala ciptaan dan tujuan akhir dari segala ciptaan. Tumpeng yang digunakan sebagai simbolisasi dari sifat alam dan manusia yang berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Bentuk  tumpeng juga seperti tangan terkatup, sama seperti saat seseorang menyemba. Hal ini juga menggambarkan bahwa Allah patut disembah dan dimuliakan. Bentuk menggunung nasi tumpeng juga dipercaya mengandung harapan agar hidup kita semakin naik dan beroleh kesejahteraan yang tinggi.
                               Dalam tradisi selametan orang Jawa, puncak acara adalah pemotongan bagian atas dari nasi tumpeng. Pemotongan ini biasanya dilakukan oleh orang yang paling dituakan atau dihormati. Hal ini mau mengatakan bahwa masyarakat Jawa masih memegang teguh nilai-nilai kekeluargaan dan memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati.
                                Sesanti (pepatah) Jawa mengatakan “Mikul dhuwur mendhem jero”. Mikul dhuwur artinya memikul setingi-tingginya dan mendhem jero artinya menanam dalam-dalam .Arti pepatah ini adalah menghormati orang tua setinggi-tingginya dan menghargai sebaik-baiknya atau menghargai sedalam-dalamnya terhadap orang lain.

Makna Dibalik Warna Tumpeng

Selain dari bentuk, kita juga bisa melihat makna tumpeng dibalik warna nasi tumpeng. Ada dua warna dominan nasi tumpeng yaitu putih dan kuning. Bila kita kembali pada pengaruh ajaran Hindu yang masih sangat kental di Jawa, warna putih diasosiasikan dengan Indra, Dewa Matahari. Matahari adalah sumber kehidupan yang cahayanya berwarna putih. Selain itu warna putih di banyak agama melambangkan kesucian. Warna kuning seperti emas melambangkan rezeki, kelimpahan, kemakmuran.

Makna Simbolik Kompnen dalam Tumpeng Sayuran

Sayuran merupakan jenis menu yang umum dipilih yang dapat mewakili tumbuhan darat. Jenis sayurnya tidak dipilih begitu saja karena tiap sayur juga mengandung perlambang tertentu. Sayuran yang umum ada adalah:
  
a. Urap                       
                   Urap merupakan kelapa parut yang dibumbui untuk campuran    sayur-sayuran yang direbus. Kata urap senada dengan urip atau hidup, artinya mampu menghidupi  atau mampu menafkahi keluarga. Urip berarti juga sumber kehidupan. Sayuran merupakan pralambang dari alam semesta yang memberi kehidupan bagi manusia

b. Kangkung
Sayur ini bisa tumbuh di air dan di darat, begitu juga yang diharapkan pada manusia semoga sanggup hidup di mana saja dan dalam kondisi apa pun, teguh, ulet dan pantang menyerah. Kangkung sama dengan jinangkung (terwujud/tercapai) yang berarti mengandung harapan agar apa yang menjadi cira-cita bisa tercapai.

c.    Bayam 
Sayur ini melambangkan kehidupan yang ayem tenterem (aman dan damai), tidak banyak konflik seperti sederhananya bentuk daun dan sejuknya warna hijau pada sayur bayam.

d.   Kacang Panjang
                 Kacang panjang harus hadir utuh, tanpa dipotong. Maksudnya agar manusia hendaknya selalu berpikir panjang sebelum bertindak. Selain itu kacang panjang juga melambangkan umur panjang.

# Lauk-Pauk

a. Ikan Lele
Ikan Lele dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan jenis ikan yang tahan hidup di air yang tidak mengalir. Ikan ini juga senantiasa hidup di dasar sungai. Makna yang terkandung dalam ikan lele adalah simbol ketabahan, keuletan dalam hidup, kerendahan hati, dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun, juga hendaknya tidak sungkan meniti karier dari bawah.

b. Ikan Teri
                    Jenis ikan ini hidup di laut dan selalu hidup bergerombol. Ikan teri dimaksudkan sebagai simbol kebersamaan dan simbol kerukuan. Biasanya dalam sajian nasi tumpeng ikan ini digoreng dengan tepung, dibuat seperti rempeyek.


c. Telur 
Telur direbus dan biasanya disajikan utuh bersama kulitnya, tidak dipotong  sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut  melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan. Telur juga melambangkan manusia diciptakan   Tuhan dengan derajat yang sama, yang membedakan hanyalah sifat dan tingkah lakunya.

# Jenis-Jenis Tumpeng

a. Tumpeng Mitoni
Tumpeng ini untuk sukuran kehamilan di usia tujuh bulan. Diatas tampah yang dialasi dengan daun, Tupeng nasi putih diletakkan di tengah dan dikelilingi oleh enam Tupeng kecil-kecil. Selain nasi telor rebus, sayuran dan lauk yang lain menyertai.

b. Tumpeng Robyong
    Tumpeng ini biasanya untuk upacara siraman pada perkawinan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan dalam bakul dengan aneka sayuran. Bagian puncak diberi telur ayam, bawang merah, terasi, dan cabai. Di dalam bakul, selain nasi terdapat juga urap, ikan asin, dan telur ayam rebus.
   
   c. Tumpeng Nasi Kuning
Isinya tak beda jauh dengan ketentuan Tumpeng pada umumnya, tetapi biasanya ditambahkan perkedel, kering-keringan, abon, irisan ketimun, dan dadar rawis. Warna kuning mengandung arti kekayaan dan moral yang luhur, oleh karenanya Tumpeng ini biasa digunakan untuk acara kebahagiaan seperti kelahiran, ulang tahun, khitanan, pertunangan, perkawinan, syukuran dan upacara tolak bala.

d. Tumpeng Pungkur
     Tumpeng ini ada dalam upacara kematian pria atau wanita lajang/belum menikah, saat jenasah akan diberangkatkan. Isinya hanya nasi putih yang dihias sayuran di sekeliling tubuh tumpeng. Tumpeng kemudian dipotong vertikal dan diletakkan saling membelakangi.

    e. Tumpeng Putih

     Tumpeng putih biasanya untuk acara sakral karena warna putih melambangkan kesucian, tapi juga tidak berbeda jauh dengan tumpeng kuning sebab sebetulnya tumpeng kuning merupakan modifikasi dari tumpeng putih. Cuma saja, biasanya tumpeng putih tidak memakai ayam goreng, tetapi ayam ingkung yang kadang disertai bumbu areh. Tumpeng putih juga memakai tahu, tempe bacem, dan ikan asin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar